Header Ads

Buku SKI

Kebijakan dan Prestasi Khalifah Umar Bin Khattab


1. Mengangkat Abu Ubaidah sebagai Panglima Perang


Pada bab sebelumnya dijelaskan bahwa ketika Umar diangkat sebagai khalifah, sebagian kaum muslimin sedang berperang melawan Imperium Romawi di Yarmuk. Sejalan dengan itu, kebijakan pertama yang dikeluarkan Umar bin Khattab adalah mengirim utusan ke medan pertempuran. Tujuannya adalah memberitahukan kepada Panglima Khalid bin Walid perihal wafatnya Khalifah Abu Bakar dan mengangkat Abu Ubaidah sebagai panglima perang yang baru. Sejalan dengan itu, Khalid mengadakan pertemuan tertutup dengan Abu Ubaidah dan utusan khalifah. Dari situ disepakati bahwa:
a.       Pertama, berita tentang wafatnya Khalifah Abu Bakar harus dirahasiakan terlebih dahulu karena dikhawatirkan akan menurunkan semangat perang.
b.      Kedua, penyerahan jabatan panglima perang dari Khalid ke Abu Ubaidah akan dilakukan setelah perang selesai.


Berkenaan dengan pergantian panglima perang, dijelaskan bahwa hal itu disebabkan kekhawatiran Khalifah Umar akan terjadinya pengkultusan terhadap kehebatan Khalid bin Walid. Pada saat penyerahan kota Yerusalem, Umar berkata, “Aku mengganti dirimu bukan karena sanksi atas kemampuanmu, tetapi karena orang mulai terpana dengan kemampuanmu, hingga aku khawatir mereka akan mengkultuskan atau mendewakanmu.” Dalam perundingan itu disepakati apa yang telah menjadi keputusan Khalifah Umar. Usai berunding, mereka bertiga keluar dari kemah Khalid, seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Khalid sendiri menerima keputusan ini dengan lapang dada demi kepentingan Islam. Kemudian mereka langsung bergabung dengan pasukan Muslimin yang sudah berhadapan dengan pasukan Romawi. Saat itu, strategi yang digunakan pasukan Muslimin adalah dengan membagi mereka dalam beberapa sayap berikut:

SAYAP TENGAH
·         Abu Ubaidah bin Jarrah (Pimpinan)
·         Ikrimah bin Amr
·         Al-Harits bin Hisyam
·         Dharar bin Azrur Al-Fihri

SAYAP KIRI, SAYAP KANAN
·         Yazid bin Abi Sufyan (Pimpinan)
·         Amr bin Ash (Pimpinan)
·         Muawiyah bin Abi Sufyan
·         Surahbil bin Hassanah

SAYAP CADANGAN
·         Kika bin Amr At-Tamimi (Pimpinan)
·         Mad'ur bin Adiya

PERBEKALAN
·         Abdullah bin Mas'ud (Koordinator)

PENGAWASAN
·         Qubaits bin Asyim (Koordinator)

BARISAN PEREMPUAN
·         Juwairiah binti Abi Sufyan (Koordinator)

Adapun pasukan Romawi menggunakan strategi palang yang berbentuk barisan memanjang dan melakukan serangan secara serentak. Perang berkecamuk, sayap tengah yang terdiri dari pasukan berkuda bersiap-siap menyongsong musuh yang mulai bergerak setapak demi setapak. Begitu perintah menyerang dikeluarkan, Ikrimah bin Amr berteriak, “Barang siapa sudah bertekad untuk berjuang sampai titik darah penghabisan, ikutlah denganku!” Semangat pasukan Muslimin pun terbakar, sayap tengah menyerbu ke depan, menerobos, dan mengobrak-abrik setiap pasukan Romawi yang menghalangi mereka. Pergerakan sayap tengah diikuti dengan sayap kanan, kiri, dan cadangan. Akibatnya, pasukan Romawi semakin kacau dan porak poranda. Panglima Romawi Theodore tewas, dan digantikan oleh Panglima Vartanius. Melihat kekuatannya semakin melemah, Panglima Vartanius menginstruksikan pasukannya untuk mundur. Panglima Khalid pun menarik mundur pasukannya sampai garis pertahanan sambil mengobati pasukan yang terluka.
Pagi harinya, pertempuran kembali berkecamuk. Seluruh kekuatan dari kedua belah pihak dikerahkan. Dengan semangat jihad, pasukan Muslimin berjuang habis-habisan. Akhirnya, pasukan Romawi berhasil dikalahkan. Saat itu tercatat kurang lebih 3.000 pasukan Muslimin menjadi syuhada. Termasuk di dalamnya sahabat-sahabat terkemuka, seperti: Ikrimah bin Amr bersama putranya, Jundub bin Amr, Salmah bin Hasyim, Amr bin Said, Ibban bin Said, dan Hisyam bin Ash. Pengorbanan para syuhada tidaklah sia-sia karena mereka tercatat sebagai pahlawan Islam yang dikenang hingga kini.

2. Penaklukan Persia


Setelah berhasil mengalahkan pasukan Romawi, Khalifah Umar memerintahkan pasukannya untuk menguasai beberapa Wilayah lainnya, khususnya wilayah yang dulunya berada di bawah kekuasaan Romawi. Satu per satu wilayah kekuasaaan Romawi berhasil ditaklukan, mulai dari Damaskus, Syria Utara, Yerusalem, Persia, dan Mesir (Babilon dan Pelabuhan Iskandaria).
Perlu diketahui, penaklukan Persia merupakan kelanjutan dari kebijakan Khalifah Abu Bakar. Dulu, usaha ini sempat terhenti karena sang khalifah wafat. Setelah diangkat sebagai khalifah, Umar mengeluarkan kebijakan untuk melanjutkan penyerangan ke sana. Saat itu (penghujung tahun 13 H), di bawah pimpinan Panglima Mutsanna bin Haris Asy-Syaibani, pasukan Muslimin berhasil menguasai lembah Mesopotamia. Namun demikian, pada awal tahun 14 H, terdengar kabar bahwa pihak Persia sedang mempersiapkan 100.000 pasukan untuk merebut kembali lembah Mesopotamia. Sadar akan kekuatannya, Panglima Mutsanna meminta bantuan kepada khalifah. Akhirnya, 4.000 pasukan diberangkatkan di bawah pimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah.
Pertempuran berlangsung di atas jembatan besar Sungai Eufrat. Benteng Hira berhasil direbut pasukan Persia dan pasukan Muslimin pun terpaksa mundur. Banyak di antara mereka yang gugur dalam medan pertempuran. Salah satu di antara mereka adalah Abu Ubaidah bin Mas'ud. Mendengar kekalahan ini, Khalifah Umar hampir tidak bisa menahan diri. Dia memanggil bala bantuan dari kabilah-kabilah Arab dan bermaksud langsung mengepalainya berangkat menuju lembah Mesopotamia. Namun hal itu berhasil dicegah oleh para sahabat dan diperoleh kesepakatan untuk mengutus Sa'ad bin Abi Waqash.
Tahun 15 H, 4.000 pasukan Muslimin berangkat dari Madinah. Di bawah pimpinan Sa'ad bin Abi Waqash, mereka berangkat menuju medan pertempuran. Menjelang keberangkatannya, Khalifah Umar menyampaikan amanat perang sebagai berikut, “Kamu adalah Sa'ad dari bani Wahib. Janganlah lupa dengan Allah manakala orang mengatakan bahwa kamu adalah paman dan sahabat Rasulullah saw. Ingatlah! Allah tidak menghapus kejahatan dengan kejahatan, tetapi menghapus kejahatan dengan kebaikan. Antara seseorang dengan Allah tidak ada garis keturunan, melainkan garis ketaatan. Manusia, baik mulia maupun hina, mempunyai kedudukan yang sama di mata Allah. Allah Zat yang dipuja, sedang manusia adalah hamba. Tinggi rendahnya derajat manusia ditentukan oleh takwa. Hadapilah segala permasalahan sebagaimana Nabi saw. menghadapinya. Bukankah kamu menyaksikan bagaimana Nabi saw. menghadapi permasalahannya? Inilah amanatku kepadamu. Jika kamu abaikan dan lalaikan, gugurlah seluruh amalmu. Tapi aku percaya bahwa kamu cukup bijaksana dalam menghadapi bawahanmu ....”
Berangkatlah Panglima Sa'ad dengan berpegang pada amanat perang khalifah. Di tengah perjalanan, terdengar kabar bahwa Panglima Mutsanna telah wafat karena luka yang dideritanya. Saat itu, panglima Mutsanna meninggalkan 7.000 sisa pasukannya yang berada di lembah Mesopotamia dan terpencar dalam beberapa kota dan benteng kota. Selain itu, terdengar kabar pula bahwa 30.000 pasukan bala bantuan dari Arabia Selatan yang berjalan menyusuri pesisir Teluk Persia di bawah pimpinan Emir Asy'as bin Kais telah sampai di lembah Mesopotamia. Dengan demikian, seluruh pasukan Muslimin berjumlah 41.000 orang.
Sementara itu, pihak Persia juga melakukan persiapan yang sama. Mereka tidak mau lagi menganggap enteng kekuatan Muslim. Untuk itu, Khosru Yesdegrib III meminta Panglima Kerajaan, Rustam, untuk langsung turun tangan memimpin pasukannya. Mendapat mandat dari pimpinannya, Panglima Rustam langsung mempersiapkan 200.000 pasukan. Mereka terdiri dari 30.000 pasukan reguler yang terlatih dan berpengalaman. Sisanya adalah pasukan sukarela yang datang dari berbagai penjuru Imperium Persia. Selain pasukan berkuda, pasukan unta, panah, tombak, dan pasukan infantri bersenjata lengkap, Rustam juga membawa pasukan gajah lengkap dengan perhiasan-perhiasan kebesaran Imperium Persia. Hal ini biasa dilakukan untuk mempengaruhi semangat perang pasukannya dan sebaliknya, menakut-nakuti musuh.
Sadar dengan kekuatan Persia, panglima Sa'ad mencoba untuk meminta bantuan kembali ke Madinah. Setelah berunding dengan para penasihatnya, khalifah mengirim dua utusan, yaitu: Pertama, utusan ke Syria untuk memerintahkan Abu Ubaidah agar mengirimkan pasukannya ke Mesopotamia. Kedua, utusan ke Mesopotamia guna menyampaikan petunjuk tentang strategi perang yang harus ditempuh, yaitu:
a.      Pasukan Muslimin harus mundur dari Hira dan kota-kota sekitarnya.

b.     Pasukan Muslimin harus menggunakan strategi pertahanan di dataran Kadesia yang diakhiri aliran Sungai Eufrat dan dibentengi oleh barisan bukit batu.

Strategi itu pun segera diterapkan oleh Panglima Sa'ad. Sesampainya di dataran Kadesia, panglima langsung membagi pasukannya dalam beberapa lapis. Masing-masing lapis terbagi dalam tiga sayap yang menempati pos-pos pertahanan masing-masing. Sebagaimana amanat Umar, Sa'ad mengikuti taktik yang pernah diterapkan Nabi Muhammad saw. dalam Perang Badar. Sementara itu, pasukan Romawi berangkat menuju tempat pertahanan pasukan Muslimin di Kadesia. Sesampainya di sana, mereka mendirikan ribuan kemah pasukan. Setelah itu, terjadi komunikasi melalui utusan di antara kedua belah pihak.
Utusan pertama Muslim dipimpin oleh Zahrat bin Haubat. Utusan ini membawa tiga tawaran, yaitu:
a.      Masuk agama Islam.
b.      Menyerah dengan damai dan membayar jizyah, dan
c.       Bertempur dengan segala akibatnya.

Ketiga tawaran ini ditolak dan Panglima Rustam meminta pihak Muslim mengirimkan utusan lainnya. Sebelumnya, Rustam mengira bahwa utusan itu akan memohon perdamaian kepadanya. Utusan kedua dipimpin Rub'a bin Amir. Dengan mengenakan pedang dan tombak, dia langsung mengendarai kudanya masuk ke kemah Panglima Rustam. Di hadapan Panglima Rustam, dia membacakan tiga tuntutan yang sama. Setelah itu, dia berkata, “Saya menjadi jaminan sahabat-sahabatku jika Anda menerima pilihan pertama dan kedua.”
Mendengar hal itu, Panglima Rustam bertanya, “Apakah Anda pemimpin mereka?” Rub'a menjawab, “Bukan! Orang Islam bagaikan tubuh yang satu. Tidak berbeda antara satu dengan lainnya, baik atasan maupun bawahan.” Terkesan dengan ucapan Rub'a, Panglima Rustam berpaling ke beberapa panglima besar bawahannya seraya berkata, “Apakah kalian pernah mendengar pembicaraan yang tegas dan jelas seperti ini?” Belum bisa menerima tawaran pihak Muslim, Rustam kembali meminta utusan lainnya. Utusan ketiga yang dipimpin oleh Hudzaifah bin Muhsin datang dengan membawa tawaran yang sama. Penuh rasa heran, Rustam bertanya, “Kenapa semua tawaran kalian sama?” Hudzaifah menjawab, “Bagi kami, tidak ada tawaran lain selain salah satu dari ketiga hal itu. Pemimpin kami telah menentukannya, dan sekarang ini giliranku (untuk menyampaikannya).
Rustam kembali menuntut utusan lainnya. Utusan keempat dipimpin Mughirah. Setibanya di kemah Rustam, Mughirah langsung duduk di ranjang empuk di sisi Rustam. Melihat itu, bawahan Rustam marah dan segera menarik Mughirah hingga dia kembali dalam posisi berdiri. Mughirah berkata, “Jika seperti ini, aku tidak menyaksikan bangsa yang lebih berbahagia selain Bangsa Arab. Di sana tidak ada lagi perbudakan. Aku kira kalian demikian adanya. Sungguh bagus tindakan kalian tadi. Sebab, kalian langsung memberitahuku bahwa perbedaan lapisan di dalam tubuh kalian sangat kuat. Dan itulah tanda-tanda keruntuhan kalian.” Selanjutnya Mughirah membacakan tawaran dari pihak Muslim. Meski tidak ada satu pun yang disetujui, namun hal itu telah memberikan pengaruh positif bagi pihak Muslim. Rustam yang tadinya menduga bahwa utusan muslim akan mengajukan opsi perdamaian, tetapi justru menampakkan sikap yang sebaliknya. Ketegasan dan keberaniannya telah menciutkan semangat para panglima bawahannya.
Terompet perang dibunyikan. Hari pertama dan kedua diadakan perang tanding. Pada hari ketiga, pertempuran antara kedua belah pihak tidak terhindarkan. Sementara itu, bala bantuan dari Syria belum juga datang. Saat itu, pasukan Persia melakukan gerakan besar-besaran secara serentak. Pasukan berkendaraan gajah berada pada posisi terdepan. Sayap terdepan pasukan Muslimin pun awalnya kewalahan. Namun lapisan kedua yang berhasil melukai gajah-gajah pasukan Persia, menjadikan hewan raksasa itu panik dan menjadi liar. Tidak bisa dikendalikan, gajah itu menginjak-injak pasukan Persia itu sendiri.
Pada saat itulah pasukan Muslimin melakukan serangan secara serentak, sayap demisayap. Kuda-kuda Arab nan lincah memperlihatkan ketangkasannya. Pada saat yang bersamaan, 6.000 bantuan dari Syria tiba. Di bawah pimpinan Kinka bin Amr At-Tamimi, Dharar bin Khattab, dan Abu Musa Al-Asy'ari, mereka langsung terjun ke medan pertempuran sambil mengumandangkan takbir. Hormuz, salah seorang panglima terkemuka Persia, berhasil ditawan. Sementara itu, Hilal bin Alkama beserta satu regu pasukan kecil berhasil menyusup ke perkemahan Panglima Rustam. Dalam sebuah pertempuran, Rustam terbunuh. Semangat pasukan Persia pun melemah. Pasukan Muslimin menang dan beritanya segera disampaikan ke Madinah Khalifah Umar dan masyarakat Madinah menyambut kemenangan itu dengan menggemakan kalimat takbir, memuji kebesaran dan kekuasaan Allah swt. Demikian sekilas tentang proses penaklukan wilayah Persia oleh Pasukan Muslimin. Banyak hal yang semestinya bisa dipelajari dari rentetan proses yang terjadi. Selamat mencari dan meneladani!

3. Penaklukan Kota Damaskus

Setelah dikepung selama 70 hari, kota Damaskus yang menjadi tempat raja-raja Ghassan berhasil ditaklukkan. Saat itu, strategi yang digunakan adalah mengepung Damaskus dari segala penjuru. Gerbang Paradise dikepung pasukan Amr bin Ash, gerbang Thomas oleh pasukan Surahbil bin Hassanah, gerbang Al-Furuj (busur panah) oleh Pasukan Kais bin Hubbairt, gerbang AlJabiat oleh Pasukan Abu Ubaidah, dan gerbang Asy-Syarqi oleh pasukan Khalid bin Walid. Dengan strategi itu, Kaisar Heraclius yang mencoba memberikan bantuan, tidak berhasil menembus blokade pasukan Muslimin. Pada akhirnya, gerbang kota Damaskus berhasil didobrak dan pertempuran pun berkecamuk. Melihat pasukannya semakin terjepit, Raja Ghassan, Jabala VI, mengibarkan bendera putih. Tawaran perdamaian diterima panglima Abu Ubaidah dan kota Damaskus diserahkan kepada pasukan Muslimin. Kemenangan ini disambut oleh Khalifah Umar dan masyarakat Madinah dengan salat syukur di Masjid Nabawi.

4. Penaklukan Syria Utara


Penaklukan wilayah Syria Utara merupakan kelanjutan dari kebijakan Abu Bakar dalam menghadapi Imperium Romawi. Perlu diketahui bahwa sebelumnya pasukan Muslimin telah berhasil menguasai dataran tinggi Syria dan Palestina. Dari situ, mereka terus bergerak ke wilayah Syria Utara. Tanpa banyak perlawanan berarti, seluruh wilayah Syria Utara berhasil ditaklukkan. Pelabuhan Sidon, Kota Emessa, Benteng Aleppo, Pelabuhan Bairut, Tarabulus (Tripoli), Banias, Jabli, dan Pelabuhan Latakia, serta Kota Antokia berhasil dikuasai pada sekitar tahun 15 H/636 M hingga 16 H/637 M.
Penaklukan ini relatif lebih mudah disebabkan penduduk pada masingmasing daerah umumnya merasa senang dengan penguasa baru. Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang akhirnya memeluk Islam. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa sebab sebagai berikut: Pertama, berbeda dengan Romawi, Penguasa Muslim menampilkan sikap yang simpatik. Kedua, Penguasa Musliln hanya memberlakukan zakat bagi mereka yang bersedia masuk Islam dan pembayar jizyah yang jauh lebih ringan dari beban pajak penguasa Romawi bagi mereka yang menyatakan tunduk kepada kekuasaan Islam.

5. Penaklukan Yerusalem


Pada tahun 16 H/685 M, Khalifah Umar memerintahkan Panglima Besar Abu Ubaidah, Khalid bin Walid, dan Muawiyah menuju ke Kota Yerusalem. Kuta yang saat itu dikuasai oleh Pasukan Romawi itu pun dikepung. Mula-mula Arvaton. Panglima Romawi Timur, bertekad mempertahankannya. Namun, Uskup Sophronius dan hampir semua penduduk Yerusalem memilih damai. Terlebih lagi saat itu penduduk merasa tertekan berada di bawah kekuasaan Romawi. Tak kuasa menahan kepungan pasukan Muslimin, Avarton menyerah dan mau menyerahkan Yerusalem dengan dua syarat berikut: Pertama, dilakukan gencatan senjata. Kedua, Yerusalem akan diserahkan kepada pimpinan tertinggi umat Islam (Khalifah Umar bin Khattab). Ketiga, sisa pasukan Romawi diizinkan pergi ke Mesir.
Panglima Abu Ubaidah menerima ketiga syarat tersebut. Kemudian ia mengundang Khalifah Umar ke Yerusalem untuk menerima penyerahan kota tersebut. Berita kedatangan Khalifah Umar bin Khattab ke Yerusalem telah tersebar luas ke seluruh pelosok kota itu. Penduduk Yerusalem pun tumpah ruah di gerbang kota. Mereka bersiap menanti kedatangan Khalifah Umar yang terkenal karena keadilan dan kesederhanaannya. Namun di ujung sana mereka hanya melihat dua orang yang sederhana bersama seekor unta yang kelelahan. Salah seorang dari mereka duduk di atas punggung unta, dan yang lainnya berjalan kaki sambil menuntun untanya. Masyarakat Yerusalem mengira bahwa khalifah pastilah yang duduk di punggung unta, segera mereka berlarian menyongsong dan menyalami sang penunggang unta untuk menyambutnya, tapi ternyata yang duduk di punggung unta adalah pengawal khalifah. Sebab selama dalam perjalanan jauh dari Damaskus ke Yerusalem, Umar menghargai pengawalnya dengan bergantian menaiki unta mereka. Dan pada saat menjelang tiba di gerbang kota, merupakan giliran Umar yang berjalan menuntun unta. Semua orang takjub dengan pribadi pemimpin besar Islam itu. Umar pun hanya memakai jubah yang sudah lusuh dan jahitan. Ia juga hanya membawa perbekalan makanan ala kadarnya seperti sekantong gandum, segantang kurma, sebuah piring kayu, sebuah kantong air dari kulit dan selembar tikar untuk beribadah.
Khalifah Umar lalu diajak Uskup Sophronius berkeliling ke tempat-tempat suci di sepanjang kota. Ketika tiba waktu zuhur, uskup membukakan Gereja Makam Suci, lalu ia mempersilahkan Khalifah Umar untuk melaksanakan salat di dalam gereja. Tawaran kehormatan itu disambut baik oleh Umar. Namun, beliau menolak untuk salat di gereja Makam Suci, lalu berkata, “Jika saya melaksanakan salat di gereja ini, saya khawatir para pengikut saya yang tidak mengerti dan orang-orang yang datang ke sini pada masa yang akan datang akan mengambil alih bangunan ini kemudian mengubahnya menjadi masjid, hanya karena saya pernah salat di dalamnya. Mereka akan menghancurkan tempat ibadah kalian. Untuk menghindari kesulitan ini dan supaya gereja kalian tetap sebagaimana adanya, maka saya salat di luar.” Kemudian Khalifah Umar keluar dari gereja, meminta ditunjukkan tempat reruntuhan Kuil Sulaiman. Uskup Sophronius menunjukkan tempat itu yang ternyata kotor dan tertimbun sampah. Umar di bantu sahabat lainnya membersihkan tempat tersebut lalu menggariskan sebuah tapak untuk dijadikan tempat salat. Di tempat tersebut Khalifah Umar memerintahkan agar dibangun masjid yang kelak dikenal dengan Masjid Umar. Penaklukan Yerusalem menandai selesainya serangkaian penaklukan Islam atas seluruh Wilayah Suriah, Palestina, Yordania dan Pesisir Levantina. Penaklukan tersebut mengakhiri kekuasaan Yunani-Romawi yang telah berkuasa di Wilayah tersebut selama beberapa abad. Sejak saat itu pula, seluruh Wilayah tersebut berada di bawah naungan kekuasaan Islam. Yerusalem kemudian dijadikan sebagai ibu kota Palestina dan Panglima Amr bin Ash ditunjuk sebagai penguasanya.

6. Penaklukan Mesir


Sebelumnya dijelaskan bahwa salah satu syarat yang diajukan pasukan Romawi dalam perjanjian penyerahan kota Yerusalem adalah diperkenankannya sisa pasukan Romawi pergi ke Mesir. Saat itu, Mesir memang termasuk wilayah kekuasaan Romawi, dengan rajanya yang bernama Mokaukis. Sejalan dengan itu, setelah menjadi penguasa Palestina, Amr bin Ash meminta izin kepada Umar untuk menaklukkan Mesir. Awalnya, hal itu tidak diperkenankan oleh khalifah. Sebab, medan yang harus ditempuh cukup berat. Namun, setelah diyakinkan bahwa pasukan Amr bin Ash dapat mengatasinya, Umar pun mengizinkannya. Pasukan Amr bin Ash berangkat. Pada bulan Muharram tahun 19 H, pelabuhan Pelusium berhasil direbut. Selanjutnya kota Heliopolis dan kemudian mengepung benteng Babilon. Raja Mokaukis pun panik. Setelah berunding dengan Penguasa Romawi, Patrick, disepakati untuk mengadakan perundingan dengan pasukan Muslimin. Sepuluh utusan pasukan Muslimin pun datang. Di bawah pimpinan Ubadah bin Shamit, mereka mengajukan tiga ketentuan:
a.      Memeluk agama Islam sehingga nyawa, hak milik, dan persamaan derajatnya akan terlindungi.
b.      Menyerah dengan damai dan mau membayar jizyah (pajak) sehingga nyawa dan hak miliknya akan terlindungi.
c.       Berperang dengan segala akibatnya.

Perundingan gagal, peperangan pun dilanjutkan. Pada bulan Rabiul Awwal 21 H, benteng Babilon diserbu. Zubair bin Awwam menjadi tokoh pertama penyerbuan tersebut. Dengan semangat jihad, dia maju ke depan, menyusuri terowongan yang luas dan dalam, dan diikuti oleh pasukan Muslimin lainnya, akhirnya Benteng Babilon dapat direbut. 12.300 pasukan Romawi tewas, dan Raja Patrick Theodorus melarikan diri. Berhasil menguasai benteng Babilonia, pasukan Muslimin bergerak menuju pelabuhan Iskandaria. Yaitu pelabuhan yang paling ramai di kota Mesir. Berjalan selama 41 hari, pasukan Muslimin pun sampai di pelabuhan dan langsung mengadakan pengepungan. Akhirnya, penguasa Romawi di Mesir menyerah. Pelabuhan diserahkan dengan beberapa kesepakatan gencatan senjata sebagai berikut:
a.      Kewajiban membayar jizyah (pajak) sebesar dua dinar per tahun.
b.      Gencatan senjata berakhir 28 September 624 H.
c.       Selama gencatan senjata, pihak Muslim tetap berada di markas ketentaraannya, dan tidak boleh melakukan kegiatan kemiliteran terhadap Iskandaria. Sedang pihak Romawi diharuskan menghentikan permusuhan.
d.      Pasukan Romawi yang pergi dari Iskandaria diperkenankan membawa harta benda dan hak miliknya. Demikian juga yang masih berada di wilayah Mesir.
e.      Pasukan Romawi di Iskandaria harus menghentikan berbagai upaya yang mengarah pada perebutan kekuasaan.
f.        Pihak Islam tidak akan menggangu rumah-rumah Nasrani dan tidak mencampuri urusan mereka.
g.      Pihak Yahudi diperkenankan menetap di Iskandaria.
h.      150 orang perwira dan 50 pembesar Romawi dijadikan sandera bagi pelaksanaan gencatan senjata.

7. Pembentukan Lembaga Kekhalifahan


Khalifah Umar bin Khattab tergolong sebagai pemimpin yang peduli dan menaruh perhatian yang besar terhadap masyarakatnya. Sebagai seorang penguasa, dia hidup dengan penuh kesederhanaan dan jauh dari kemewahan. Kepemimpinannya diserahkan sepenuhnya bagi kesejahteraan rakyat. Baginya, kesejahteraan rakyat adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkannya di hadapan Allah. Sikap inilah, yang kemudian membangkitkan semangat kepeduliannya terhadap rakyat. Kepedulian tersebut kemudian diwujudkan dalam berbagai bentuk perencanaan dan pengaturan yang matang. Ini mengingat Wilayah kekuasaan Islam yang semakin meluas. Untuk itu, khalifah mengambil kebijakan untuk membentuk lembaga-lembaga kekhalifahan, di antaranya:

a. Bidang Ekonomi

Di bidang Ekonomi, Khalifah Umar menetapkan beberapa kebijakan sebagai berikut:
1)      Membentuk Baitul Mal.
2)      Mendirikan Departemen Pajak Tanah (diwan al-kharaj).
3)      Mendirikan Departemen Keuangan dan Pajak (diwan al-jund).
4)      Menetapkan anggaran penerimaan dan pengeluaran negara.

b. Bidang Pemerintahan

Di bidang pemerintahan, Khalifah Umar menetapkan beberapa kebijakan sebagai berikut:
1)      Membuat lembaga departemen, seperti pendidikan, kehakiman, keuangan dan pajak, dan lain sebagainya.
2)      Menetapkan kalender Islam (Hijriah).
3)      Membentuk sekretaris di setiap departemen
4)      Mendirikan penjara.
5)      Membentuk angkatan perang yang tetap dan teratur.
6)      Membentuk Badan Pengawas Keuangan Negara, tertib kebersihan, perdagangan, dan lainnya.
7)      Membagi wilayah kekuasaan Islam ke dalam delapan propinsi. Masing-masing propinsi dipimpin oleh seorang gubernur yang bertanggung jawab kepada khalifah. Kedelapan propinsi itu adalah Propinsi Mekah, Madinah, Syria, Jazirah, Bashrah, Kufah, Palestina, dan Mesir.

Demikian beberapa kebijakan yang ditetapkan oleh Umar bin Khattab selama menjabat sebagai khalifah. Kebijakannya mencerminkan jasa-jasa yang telah diberikan kepada Islam dan umatnya.
Setelah memimpin umat Islam selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M), Khalifah Umar wafat dalam usia 63 tahun. Dalam kalender hijriah tercatat bahwa peristiwa itu terjadi pada hari Ahad awal bulan Muharram tahun 24 H. Dia dimakamkan di sisi makam Abu Bakar dan Nabi Muhammad saw. Khalifah wafat karena dibunuh oleh seorang budak Persia yang dimerdekakan oleh Mughirah ibn Syu'bah ketika sedang melakukan salat subuh. Konon, budak itu bernama Firuz (nama jenis batu permata), karenanya, penduduk Madinah juga memanggilnya dengan nama Abu Lu'lu' (bapak permata). Adapun sebab-sebab Abu Lu'lu' membunuh Umar belum diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan bahwa itu memang sebuah pembunuhan yang direncanakan, ada yang mengatakan bahwa itu disebabkan dendam karena pengaduannya tidak dikabulkan khalifah, dan ada pula yang mengatakan bahwa itu didasari kekecewaan yang menyulutkan semangat nasionalismenya terhadap bangsa Persia.
Terlepas dari semua itu, patut disadari bahwa Khalifah Umar telah berhasil dalam memimpin umatnya. Berbagai jasa telah diwariskan kepada penerusnya, sejalan dengan kebijakan-kebijakan yang ditetapkannya. Sebelum wafat, Umar menunjuk enam sahabat terkemuka untuk menjadi penggantinya. Mereka adalah Sa'ad bin Abi Waqash, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, dan Thalhah. Tambahan Abdullah bin Umar, boleh diajak bermusyawarah, tetapi tidak boleh dipilih menjadi khalifah. Mereka kemudian disebut sebagai Ahlul Halli Wal-Aqdi, semacam Majelis Permusyawaratan Rakyat, yang nantinya berfungsi memilih Utsman sebagai khalifah.

8. Membangun Kota-kota Baru

Khalifah Umar bin Khattab membangun kota-kota baru yang ditaklukkan antara lain: Basrah dibangun tahun 14-15 H, arsiteknya Utbah ibn Ghazawah, dibangun dengan 800 pekerja, letaknya 10 mil dari Sungai Tigris. Kufah dibangun tahun 17 H, arsiteknya Salman Al-Farisi, letaknya 2 mil dari Sungai Eufrat. Fustath dibangun tahun 21 H dibangun di sebelah timur Sungai Nil. Di sekitar kota-kota baru tersebut juga dibangun masjid, pusat militer, perkantoran, perumahan, pemandian umum, saluran bak penampung air dan pasar umum. Material bangunan masa itu masih sangat sederhana, terdiri atas batu bata, tanah liat dan jerami.

Tidak ada komentar