Header Ads

Buku SKI

Sunan Muria (w. 1551 M)

Sunan Muria adalah putra Dewi Saroh dari hasil perkawinannya dengan Sunan Kalijaga. Dewi saroh adalah adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, yang berjarak sekitar 18 kilometer ke utara kota Kudus. 

Sunan Muria mencerminkan seorang sufi zuhud, karena ia tidak silau akan gemerlap dunia. Tugasnya sehari-hari mengasuh dan mendidik para santri yang hendak menyelami ilmu tasawuf, didampingi oleh putranya Raden Santri. Seperti halnya sufi lainnya, Sunan Muria mencerminkan pribadi yang sangat mencintai Allah Ta'ala. Sepanjang hidupnya hanyalah untuk beribadah kepada Sang Pencipta. Cahaya pandangan batin beliau senantiasa jauh menembus ke alam yang tidak terjangkau oleh akal pikiran atau logika. 

Selain itu, beliau memiliki fisik yang kuat karena sering naik turun Gunung Muria yang tingginya sekitar 750 meter. Bayangkan, jika ia dan istrinya atau muridnya harus naik turun gunung setiap hari untuk menyebarkan agama Islam kepada penduduk, atau berdakwah kepada para nelayan dan pelaut serta para pedagang, hal itu tidak dapat dilakukannya tanpa fisik yang kuat.

Cara berdakwah Sunan Muria berbeda sedikit dengan sang ayah, Sunan Kalijaga. Beliau lebih memilih tinggal di daerah yang sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Tempat tinggal beliau terletak di salah satu puncak Gunung Muria yang bernama Colo. Di sana Sunan Muria banyak bergaul dengan rakyat jelata sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut. 

Sunan Muria menyebarkan agama Islam kepada para pedagang, nelayan, pelaut, dan rakyat jelata. Cara beliau menyebarkan agama Islam dengan tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah. Beliau juga yang telah menciptakan berbagai tembang jawa. Salah satu hasil dakwah beliau melalui media seni adalah tembang Sinom dan Kinanti. Tempat dakwahnya berada di sekitar Gunung Muria, kemudian dakwahnya diperluas meliputi Tayu, Juwana, Jepara, Kudus, dan Pati.

Melalui tembang-tembang itulah Sunan Muria mengajak umatnya mengamalkan ajaran Islam. Beliau lebih senang berdakwah pada rakyat jelata daripada kaum bangsawan. Maka daerah dakwahnya cukup luas dan tersebar. Mulai lereng-lereng Gunung Muria, sampai pesisir utara. Cara dakwah inilah yang menyebabkan Sunan Muria dikenal sebagai sunan yang suka berdakwah topo ngeli. Yakni dengan “menghanyutkan diri” dalam masyarakat. 

Sunan Muria sering berperan sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530). Beliau dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah tersebut. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru.



Tidak ada komentar