Pemikiran-pemikiran Pembaruan Islam
Gerakan pembaruan Islam yang terjadi di dunia Islam tentu tidak terlepas dari peran tokoh-tokoh pembaru beserta pemikiran-pemikirannya sebagai bentuk gagasan dalam kebangkitan Islam. Di antara tokoh-tokoh tersebut adalah:
1. Ibnu Taimiyah (w. 1328 M)
Ibnu Taimiyah |
2. Muhammad bin Abdul Wahhab (w. 1792 M)
Syekh Muhammad bin Abdul Wahab |
3. Jamaluddin Al-Afghani (w. 1897 M)
Juru bicara terbesar bagi modernisme Islam adalah Jamaluddin al-Afghani (1889-1897 M) lahir di Asadabad Afganistan. Beliau pendiri perkumpulan Al-Urwah Al-Wutsqa (Ikatan yang Kuat) suatu perkumpulan yang anggotanya terdiri atas orang-orang Islam dari berbagai Negara yang bertujuan untuk memperkuat rasa persaudaraan Islam, membela Islam dan membawa umat Islam kepada kemajuan. Pemikirannya selain ajakan untuk pemurnian kembali ajaran Islam, ia juga melahirkan ide tentang adanya persamaan antara pria dan wanita dalam beberapa hal, kepemimpinan otokrasi supaya diubah menjadi demokrasi. Gerakan politisnya adalah Pan-Islamisme dan anti kolonial. Ia senantiasa berpihak pada kelompok yang menentang kolonialisme Inggris. Ide modernismenya dalam pembaruan politik adalah kesatuan dunia Islam.
Jalaludin Al-Afghani |
Tujuan utama yang dilakukan Afghani terhadap kekuatan Eropa adalah menginginkan pemulihan zaman keemasan Islam masa silam. Untuk memulihkan keemasan Islam diperlukan reformasi masyarakat muslim yang korup. Menurutnya, reformasi Islam adalah penting lantaran ia merupakan basis moral bagi pencapaian teknik dan ilmiah, bahkan bagi solidaritas politik dan kekuasaan. Pada intinya, Islam sangat tepat dijadikan sebagai landasan bagi sebuah masyarakat modern. Islam adalah agama akal dan membebaskan penggunaan akal pikiran. Ia berdalih bahwasannya Al-Qur'an harus ditafsirkan dengan akal dan mestilah dibuka kesempatan bagi penafsiran ulang (reinterpretasi) oleh para individu dalam setiap zaman. Dengan menekankan penafsiran Al-Qur'an secara rasional, Afghani yakin bahwa Islam mampu menjadi dasar bagi sebuah masyarakat ilmiah modern, sebagaimana ia telah menjadi dasar masyarakat muslim masa pertengahan yang dibangun berdasarkan keimanan.
4. Sayyid Ahmad Khan (w. 1898 M)
Sayid Ahmad Khan |
Dengan memperhatikan beberapa upaya yang telah dilakukan oleh para tokoh pembaru tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gerakan-gerakan pembaruan sebelum abad ke-20 ini memiliki beberapa persamaan, yaitu (1) gerakan-gerakan itu datang dari internal masyarakat Islam sendiri, (2) gerakan-gerakan itu pada prinsipnya melakukan kritik terhadap sufisme yang cenderung menjauhi tugas-tugas manusia muslim dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, (3) gerakan-gerakan ini menekankan mutlak perlunya rekonstruksi sosio-moral dan sosioetis masyarakat Islam agar sesuai, atau paling tidak mendekati Islam sebagaimana yang dikehendaki oleh Al-Qur' an dan Sunnah, (4) gerakan-gerakan ini mengobarkan semangat ijtihad yaitu penggunaan akal pikiran guna memecahkan berbagai persoalan yang timbul dalam masyarakat Islam dengan referensi utama yaitu Al-Qur'an dan Hadis.
5. Muhammad Abduh (w. 1902 M)
Muhammad Abduh |
Menurut Abduh, kemunduran yang terjadi pada umat Islam disebabkan oleh paham Jumud. Jumud diartikan suatu keadaan statis atau tidak adanya perubahan. Dengan hal tersebut maka umat Islam tidak menghendaki atau tidak mau menerima perubahan. Umat Islam hanya berpegang teguh pada tradisi. Sikap ini dibawa oleh orang-orang bukan Arab yang kemudian merampas kekuasaan politik di dunia Islam. Dengan terlibatnya mereka di dalam Islam, adat-istiadat dan paham-paham animisme mereka ikut mempengaruhi umat Islam yang mereka perintah. Disamping itu, mereka bukan pula kalangan bangsa yang mementingkan fungsi pemakaian akal seperti yang dianjurkan dalam Islam, melainkan berasal dari bangsa yang bodoh dan tidak kenal pada ilmu pengetahuan. Paham jumud yang terjadi di masyakat seperti memuja yang berlebih kepada syekh dan wali, kepatuhan yang tidak ada dasarnya terhadap ulama (taklid), serta penyerahan seluruh apa yang ada pada qada dan qadar. Landasan pemikiran Abduh adalah bahwasannya wahyu dan akal itu selaras. Tuhan telah menciptakan sifat dasar dari manusia itu selaras dengan agama. Dan setiap spekulasi logis menuntun ke arah keimanan pada Tuhan sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur'an. Kepercayaan pada kekuatan akal merupakan dasar peradaban suatu bangsa. Akal yang terlepas dari ikatan tradisi dapat membawa pada kemajuan. Pemikiran akal akan menimbulkan ilmu pengetahuan.
6. Muhammad Ali Jinnah (w. 1948 M)
Muhammad Ali Jinnah |
7. Rasyid Ridha (w. 1935 M)
Rasyid Ridha lahir di Qalmoun, Syam tahun 1865 M. Upaya dan pemikirannya adalah meluruskan pemahaman agama melalui penerbitan majalah dan tafsir Al-Qur'an Al-Manar dan memperbarui sistem pendidikan dan pengajaran dengan metode baru dengan menambahkan mata pelajaran umum pada kurikulum madrasah dan sekolah tradisional, di samping mata pelajaran agama. Ia juga telah mendirikan sekolah bernama Al-Madrasah Ad-Dakwah wa Al-Irsyad pada ahun 1912 di Kairo.
Rosyid Ridha |
Post a Comment